Panglima TNI Dicekal AS, Media Australia Ungkap Gatot Curigai Marinir AS di Darwin
INDOSEJATI - Setelah heboh soal Panglima TNI, Gaot Nurmantyo masuk daftar cekal untuk tidak memasuki wilayah kedaulatan Amerika Serikat, media luar negeri melansir sejumlah alasan kenapa dia dilarang masuk ke Negeri Paman Sam.
Terkait keputusan untuk memasukkan Gatot dalam daftar orang yang dilarang masuk US Custom and Border Protection, pihak Indonesia kemudian menuntut AS untuk mengklarifikasi mengapa Panglima TNI ditolak masuk ke Amerika Serikat.
Sebelumnya, Jenderal Gatot, memang telah menangguhkan hubungan militer dengan Australia.
Hal ini dianggap karena mengajarkan materi yang dianggap menghina di sebuah pangkalan Angkatan Darat Perth, Australia.
Juru bicara TNI, Wuryanto, mengatakan bahwa Jenderal Gatot diundang Jenderal Joseph Dunford, Kepala Staf Gabungan untuk menghadiri sebuah konferensi mengenai topik melawan organisasi ekstremis.
"Atas undangan tersebut, komandan militer Indonesia mengkonfirmasi kehadirannya sebagai bentuk penghormatan kepada yang mengundangnya," kata Wuryanto.
Menurut Wuryanto, militer Indonesia telah mengirim surat ke Komandan Militer AS soal penolakkan itu. Sampai sekarang, belum ada tanggapan.
Lowy Institute Research Fellow, Aaron Connelly mengatakan, Jenderal Gatot sebelumnya telah mencurigai soal keberadaan Marinir AS selama dua tahun di Darwin, Australia.
Terlebih titik itu memperlihatkan jaraknya yang cukup dekat dengan dengan Papua Barat dan blok gas raksasa Masela di Indonesia.
"Saya, sebagai komandan TNI, harus bertanya-tanya apa maksudnya," kata Jenderal Gatot dalam sebuah ceramah.
"Mengapa tidak di Filipina? Mereka memiliki basis di sana. Tidak masalah, tapi itu Darwin," kata Gatot.
Dia juga berbicara tentang menghentikan Australia untuk merekrut perwira tinggi Indonesia sebagai mata-mata.
"Dalam pidato publik, dia sering mendukung teori petanya bahwa orang asing terlibat dalam perang proxy untuk melemahkan Indonesia," penulis dan komentator Indonesia John McBeth menulis di Asia Times bulan ini.
Evan Laksmana, seorang peneliti senior di Pusat Studi Strategis dan Internasional (CSIS) di Jakarta, mentweet bahwa penolakan masuk Panglima TNI merupakan masalah yang sangat serius untuk hubungan bilateral.
Laksmana mentweet bahwa penolakan masuk terkait dengan operasi militer dan karir, seperti yang dialami beberapa perwira TNI di masa lalu. Jenderal Gatot, diyakini memiliki aspirasi politik saat dia pensiun dari militer pada bulan Maret tahun depan.
Sikap politiknya menimbulkan kontroversi ketika bulan lalu, dia menuduh sejumlah institusi non-militer telah memerintahkan 5.000 senjata api ilegal dari luar negeri.
Sumber:http://ift.tt/2zwTuHb